
DARI LAUDATE MONTES KE MAGNIFICAT: Perjalanan Pastoral Keuskupan Bogor Menuju Gereja yang Dikehendaki Yesus Kristus
82000
Description
DARI LAUDATE MONTES KE MAGNIFICAT: Perjalanan Pastoral Keuskupan Bogor Menuju Gereja yang Dikehendaki Yesus Kristus
Penulis: Agustinus Surianto Himawan | Ignatius Bambang Sugiharto | Fransiskus Borgias | Thomas Kristiatmo | Yoseph Kristinus Guntur | Yohanes Driyanto | Bartolomeus Samho | Alfonsus Sutarno | Simson Ericson Simanjuntak | Nurwahyudi | Lamro Siregar
Editor : Alfonsus Sutarno
Editor: Alfonsus Sutarno
Penerbit: CV Balatin Putera Puteri
Ukuran Buku: 14,8 x 21 cm
Tebal Buku: 248 halaman
Sinopsis:
Dari Laudate Montes ke Magnificat: Perjalanan Pastoral Keuskupan Bogor dimaksudkan untuk memberi ciri pada peringatan 75 tahun berdirinya Keuskupan Bogor. Buku ini hadir bukan hanya sebagai buku kenangan atau penanda HUT Keuskupan Bogor semata, melainkan juga sebagai buku rujukan (akademik). Konten sentral buku ini bertutur mengenai jiwa dan semangat, pola-pola, forma-forma, dan politik kepemimpinan/kegembalaan (kristiani) yang relevan dan signifikan dengan konteks kepemimpinan/kegembalaan zaman kiwari.
Untuk memahami kepemimpinan dan kegembalaan secara menyeluruh, isu ini dilihat dari beragam perspektif yang meliputi aspek historis, kultural, filosofis, kefransiskanan, teoligis, biblis, kanonik/ hukum filosofis dan pendidikan. Dalam sudut pandang historis, kita diajak menelusuri jejak pola, bentuk, dan semangat kepemimpinan dari awal berdirinya Keuskupan Bogor hingga kini, mengungkap bagaimana para uskup mengarungi tantangan khas wilayah ini—mulai dari keberagaman geografis, ekonomi, hingga budaya dan agama. Dari perspektif kultural, tampak pengaruh pola kepemimpinan Sunda, membangkitkan pertanyaan: sejauh mana kebijaksanaan lokal ini dapat menginspirasi para pemimpin Keuskupan? Inkulturasi menjadi kunci yang membuka kemungkinan ini.
Pendekatan fransiskan menyoroti warisan kepemimpinan ala Fransiskan yang telah lama menyatu dalam sejarah Keuskupan Bogor, mengingat sebagian besar uskupnya adalah Fransiskan yang menggembalakan dengan kedalaman spiritualitas khas ini. Perspektif teologis dan biblis menambahkan lapisan makna, dengan menggambarkan sosok pemimpin sebagai imam, raja, dan nabi yang memandu umat menuju keselamatan. Dari sisi kanonik, diuraikan norma dan hukum yang mengatur prinsip kepemimpinan yang sejati.
Kemudian, perspektif filosofis membawa kita merenungkan kepemimpinan yang menghargai martabat kemanusiaan, melampaui sekat-sekat, menghayati kebenaran, kebaikan, dan keindahan. Akhirnya, pandangan pendidikan mengajak kita menggali karakter pemimpin ideal menurut tokoh-tokoh pendidikan Indonesia. Semua perspektif ini terjalin dalam satu harmoni, menggambarkan kepemimpinan yang tidak hanya mengayomi tetapi juga menginspirasi—menjadi sosok panutan yang sejalan dengan nilai-nilai luhur masyarakat dan semangat kasih.